Selasa, 08 Januari 2013

Bahasa dan Wujud Identitas Suatu Bangsa



Bahasa adalah simbul komunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat saling memahami satu sama lain. Dengan bahasa pula, manusia dapat menerjemahkan apa yang ada dalam otaknya. Bahkan dengan bahasa pula, manusia bisa memperolah ilmu pengetahuan dan dapat mentransfer pengetahuannya kepada orang lain. Lebih dari itu, ilmu pengetahuan yang kemudian akan berubah menjadi tegnologi modern, juga diterapkan melalui simbul-simbul bahasa.


Bahasa juga bisa dikatakan sebagai identitas suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa bisa dilihat dari perkembangan suatu bahasa. Etika dan sopan santun sebuah bangsa juga dapat dilihat dari pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari hari.

ini terlihat dari bahasa jawa yang bertingkat, yang sangat terpengaruh oleh sistem kasta. Tentu ini erat kaitannya dengan peradaban Buda Hindu yang menguasai Nusantara tempo dulu.

Maka, berbanggalah Anda dengan bahasa Indonesia. Bahasa nenek moyang dan merupakan identitas diri Anda. Bahasa yang sat ini mulai dikenal di seluruh penjuru dunia. Bahasa yang kelak akan mampu menyaingi  bahasa-bahasa lain di muka bumi.


Mantra indo makalah


Tugas :  
BAHASA INDOSESIA
(Mantra Bahasa Jawa)

Oleh :
Novi  Dina Ayu S.
12020103018


SYARIAH / EI
SEKOLAH TINGGI  AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................. ii
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................         1
1.2 Tujuan ..............................................................................           2
II. Pembahasan
2.1 Pengertian Mantra
2.2 Mantra dalam kebudayaan masyarakat...............................           4
2.3 Contoh mantra.....................................................................         5
III. Penutup
3.1 Kesimpulan.......................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................... 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Mantra Bahasa Jawa”. Selain itu tak lupa kita junjungkan sholwat serta salam kepada nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya, yang telah membawa kita ke alam yang terang menderang seperti saat ini.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang pengertian, contoh mantra-mantra serta beberapa penjelasan yang terkait dengan materi pembahasan dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam penjelasan makalah dengan materi Mantra Bahasa Jawa. Oleh  karena itu, kami mengharapkan kritik maupun saran dari teman-teman atau saudara sekalian namun yang bersifat membangun, agar kami dapat menjadi yang lebih baik lagi. Semoga pembahasan dalam makalah ini bermanfaat untuk kita.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mantra diambil dari kata sansekerta yaitu "mantra" atau "manir" yang merujuk pada kata-kata dalam kitab suci umat Hindu, Veda. Dalam masyarakat Melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, atau seru adalah sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi yang mengandung unsur sihir dan ditujukan untuk mempengaruhi atau mengontrol sesuatu hal untuk memenuhi kenginan penuturnya. Antara lain, mantra merupakan ayat yang dibaca untuk melakukan sihir, yaitu melakukan sesuatu secara kebatinan, seperti menundukkan musuh, melemahkan musuh. Selain itu mantra dianggap memiliki kekuatan gaib yang luar-biasa yang memungkinkan pembacanya mengontrol seseorang atau alam.

Adapun ciri-ciri mantra adalah Mantera yang berbentuk puisi, isi dan konsepnya mencerminkan kepercayaan masyarakat waktu itu, dibuat untuk satu tujuan tertentu.

Biasanya, Mantra bersifat sihir simpati, yaitu sesuatu sifat disebut atau dikaitkan dengan sesuatu atau seseorang agar pembaca mantra tersebut dapat memiliki sifat yang sama. Misalnya bacaan mantra, ".... Aku bukan tepuk bantal, tetapi tepuk hatimu ....."
ciri-ciri mantra pada umumnya adalah:
Mantra terdiri dari beberapa rangkaian kata berirama.
Isinya berhubungan dengan kekuasaan gaib
Mantra diamalkan dengan memiliki tujuan tertentu.
Mantra diwarisi dari perguruan atau melalui cara gaib seperti menurun atau  keturunan atau mimpi.
Biasanya membutuhkan pengamalnya yakin keras, dan jika pengamalnya merasa kurang keyakinan, Mantra akan menjadi tawar atau tidak bereaksi dan tidak efektif.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui beberapa jenis mantra bahasa jawa dan contoh-contohnya serta cara penggunaan mantra.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mantra

Mantra Aum atau Om dalam aksara Dewanagari.
Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual).[1] Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: मन्त्र; IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. [2]
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan pikiran' yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara.[3]
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Mantra di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, kato, katubah,atau capak baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme)[4], Melayu, bahasa Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha).[rujukan?]
2.2 Mantra dalam kebudayaan masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal tersebut sebenarnya bisa sangat efektif bagi para penggunanya, Selain merupakan salah satu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang ber rima memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Pembelajaran di level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator menyebutnya sebagai sugesti diri.

Catatan kaki:
1. ^ Feuerstein, G. The Deeper Dimension of Yoga. Shambala Publications, Boston, MA. 2003.
2. ^ http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php kamus bahasa indonesia
3. ^ Khanna, Madhu (2003). Yantra: The Tantric Symbol of Cosmic Unity. Inner Traditions. ISBN 0-89281-132-3 & ISBN 978-0-89281-132-8. p.21
4. ^ Djamaris E. Pengantar sastra rakyat Minangkabau. Ed-1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2001

2.3 Contoh Mantra.
1. Mantra yen arep tarakbrata
Yen arep tarabrata (tirakat), kudu adus wuwung disik, mantrane:
Niyatingsun adus, angedusi badan kayun, manggih toya rabani, dus lali, dus mani, badan adus den dusi padha badan, roh adus den dusi pada roh, suksma adus den dusi padha suksma, dat teles suksma ngalam, dat urip tan kena kawoworan, urip sajroning karsa, ingsun adus banyu saking kodratolah, byur njaba, suci njeroning badan rabani, alahu sakarsa, alahu alaihi wasalam.
Sawuse maca mantra, banjur adus wuwung kang resik.
2. Mantra supaya betah tarakbrata
Ingsun nutup rahsa, sang sir rahsa payungana ingsun, rahsa mangan cahya, cahya mangan rahsa, langgeng ing ciptaku, tetep mantep tan kena owah.
Mantra diwaca saben bakda magrib kaping 40, yen lagi tarakbrata.
3. Mantra supaya betah pasa
Bismillahirrohmanirrohim. Allahuma sakati’I maut, badanku gumulung cahyoku jumeneng, ya ingsun ratuning cahyo, ngadeg ing damar murub, urube murub ing sajroning ati, terus ing paningal, laa illaa illallaahu, muhammadurrasullulah.
Mantra diapalke yen duwe niat arep nglakoni sesirih/ pasa.
4. Mantra niat melek
Bismillahirrohmanirrohim. Niatingsun melek tutuga tekan sedina sesuk, manjing teguh rahayu kang santoso kagunganne Allah.
5. Mantra supaya betah melek
Manik coyo, bahyo coyo, coyo bahyo, sarine Allah ya Allah kulo nyuwun betah melek. Laa ilaa illallaahu, muhammadurrasuulullah.
6. Mantra keslametan
Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullah, qulhu sungsang, tekenku poro malaekat, Nabiku Nabi Muhammad, luputo kang diarah, kenoho kang ngarang. Allahu akbar.
Lakune mutih 2 dina 2 bengi. Mantra yen diwaca kanggo nemu slamet lan ora dijahili wong liya.
7. Mantra ngambah papan angker
Kun kanikun ingsun kun, kowe kama salah, aja angganggu gawe, aku ratuning kun.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca sapisan aja ambegan.

8. Mantra ngedohake ula
Seh merling, Seh dumeling, dohna ingon-ingonira, sapembalangan dohe karo aku, aja wuruk sudi gawe marang awakku, golek sandhang pangan dhewe-dhewe, aku anak putune Nabi Solaiman.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca yen lumaku ana ngalas, utawa ing papan kang sakira ana ulane.

9. Mantra Pangirupan
Allahu cahya mulya, sira sun kongkon, sira irupen cahyaning wong agung kang disuwitani, amora lan cahyaku. Laa ilaa illallah, muhammadurrosullullah, sir-sir-sir-sir-sir.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi wiwite dina Rabu Pon. Kasiyate mantra iki kanggo nundukake kekuatan suksma negatip wong liya. Utawa mantra diwaca yen weruh wong nyalawadi arep ngalani. Yen ditujuke mungsuhe, “wong agung kang disuwitani” diganti “mungsuh lagi sengit”.
10. Mantra Kesakten Gaib
Bismillahirrohmanirrohim. Ono jopo sewu, jopo siji datan tumomo. Sing mandi japaku dhewe. Laa ilaa illallah, muhammadurrosullulah.
Lakune pasa Ngasrep 2 dina 2 bengi lan patigeni sedina sewengi. Wiwite pasa dina Slasa. Mantra diwaca ping 7 saben ba’da salat fardlu. Yen arep dicoba diwaca ping 7 utawa yen arep mangkat perang diwaca ping pisan.
 11. Mantra Senggoro Macan

Ana kedawang miber ing tawang alat-alat, macan sewu ing mripatku, macan putih ing dhadhaku, gelap ngampar suwaraku, durga mendhak kala mendhak, teko kedhep teka wedi, teka asih mungsuhku, khodeng madhep manut sakarepku, kersaning Allah.

Lakune mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen wis adhep-adhepan karo mungsuhe.

12. Mantra Arya Bangah

Wiyak bumi Wiyak langit, jagad suwung tan ana bebaya, ingsun sajatining manungsa anukarsa bissekulem, tissekulem tan ana babayane, tikur-tikur, tekane tundhuk, mulihe ndhungkul.

Lakune mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca ten ana babaya, utawa yen mlebu ing alas, sato galak pada wedi.

13. Mantra tunggu/pagar omah

Sipat Allah ananning Muhammad, sipat Rasul ananing Manungsa, luput sing diarah, kena kang ngarah, banyu erang kulhu sungsang, tekenku Malaekat, pinayungan para Widadari, Nabiku jeng Mohammad Rasullullah alaihi wassalam.

Lakune mutih 3 dina 3 bengi patigeni sedina sewengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca yen pinuju akeh durjana, utawa yen ninggal omah ing wayah bengi.

14. Mantra Srabat Pagering  Awak

Allahuma kulhuallah, lungguhku imbar, payungku imbar, wong sajagad kabeh kang sumedya ala marang aku, nyawane kari sadhepa, sa’asta, sakilan. Wong kang sengit marang aku, cupeten angen-angene, sandhang pangane lan sabarang niate kabeh, pet cupet kersaning Allah.

Lakune mutih 7 dina 7 bengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca yen ana rerusuh utawa yen perang.

15. Mantra panulak peluru

Bismillahirrohmanirrohim. Salla’llahu Ibnu birahmatika ya arkamman rahimin

Lakune mutih 7 dina 7 bengi. Mantra diwaca yen ana rerusuh utawa yen campuh perang. Supaya ora kena peluru nyasar.

16. Mantra Rubuh lumpuh

Bismillahirrohmanirrohim. Allahu akbar Nur arah Nur wantah rubuh lumpuh ketiban palune Gusti Allah. Ojo pisan-pisan tangi yen durung tak gugah nganggo tanganku kiwo. Laa ilaaha illallaah, muhammadurrosullulah.

Sak uwise diwaca banjur didamu’ake ing tangan tengen. Yen mungsuhe klenger, disadarke  utawa  ditambani  nganggo  tangan  sing kiwo.

17. Mantra Sindhung  Aliwung

Bismillahirrohmanirrohim. Aku sindhung Aliwungan, si Sindhung dadi klambiku ya kaharuku, sa Liwung ya kamaluhu, sedyaku dadi kutaku, ya ki jamaluhu, si Sindhung Liwung katingalan kaya buta ya jalaluhu asiyung Rasulullah kang tengen lan kang kiwa sakathahing para nabi, dadi siyung kiwa ngemut jagad pramudita tak emut dadi sak pulukan. Laa ilaaha illallaah, muhammadurrosullulah.

Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan patigeni sedina sewengi. Mantra yen diwaca, awake kethok gede  kaya raksasa.

18. Mantra panulak durjana lan wisa/racun

Bismillahirrohmanirohim. Tulak daya balik, luput kang dinaya kena kang andaya, jahil jahilullah sapa kang jahil dadi satruning Allah, tutup kunci mata kalbu. Laa illaha ilallah, muhammadurrosulullah.

Lakune mutih 7 dina 7 bengi. Mantra diwaca ping 100 pendhak bengi, nganti malem ke-6, sing sewengi (ba’da mutih) cukup diwaca ping 3.

19. Mantra kekuatan

Bismillahirrohmanirrohim. Ya Malaekat Jibril kang nambahi digdayaku, Ya sayyidina Muhammad ya Rosullullah kang ngrewangi ngentengake. Malaekat Israil kang njogo endasku, Allah, Allah, Allah, entheng, entheng, entheng koyo keleyang, empuk, empuk, empuk, koyo kapuk. Laa haulaa walaa quwwata illa billahil aliyyil’azhiimi.

Lakune mutih 7 dina 7 wengi. Diwaca ping 1144 pendhak dina. Mantra yen diwaca kuat nggangkat barang kang abot.


20. Mantra Pambungkem

Assalamualaikum ngalasabidina Khidir alaihissalam, assalamualaikum ngalasayidina ngaliyi ratiyalahu, kem-kem pambungkem kang sarwa galak cangkeme pinantek ing paku kencana.

Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan nglowong sadina sawengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra yen diwaca, ulo, bajul lan sato galak liya-liyane kabeh ora bisa nyakot lan nyaplok.

21. Mantra Penolak Tenung Tujulayar

Allahuma kulhu buntet, kulhu balik, durga teluh, jim setan peri prayangan padha mara padha mati, jalma mara jalma mati, mati kersaning Allah.

Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca mbarengi surup srengenge, diwaca ing banyu diwadahi pinggan, banyu kadamu ping 3, banjur kaombekake marang wong kang kena tenung utawa tujulayar.

22. Mantra Siyungwanara

Gebyar sapisan sakehing cahya padha sirna, gebyar pindho sakehing roh padha sirep, rep sirep sajagade, kepyar-kepyur si bajul padha lumayu bubar.

Lakune nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca kanggo nyingkirake baya lan buron banyu kang galak, sarta uga diwedeni wong akeh.

23. Mantra  panulak  mungsuh

Kulhu buntet, badaningsun Nabi panutan, rasaningsun rasul, tekenku Maloekat, luputo kang den arah, mbalik marang kang ngarah.

Lakune Nglowong 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Rabu Pon. Mantra diwaca saben bengi yen lagi memungsuhan.

24. Mantra Panglarutan

Raga suksma rasa diluwih, aja pepeka sira sun kongkon lolosana otot bayune mungsuhku kabeh, elingna utawa ilangna sedyane anggone memungsuhan karo ingsun iki, nglemprek keder larut saparan-paran ninggal paprangan kersaning Allah.

Lakune patigeni 3 dina 3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca sajroning peperangan, kanggo netralisir nepsu/niat lan ilmu mungsuh.

25. Mantra Kulhu Geni

Bismillahir rohman nirrohim, kulhu geni bismillahir rohmanirrohim, kulhu allah hu ahad, kun payakun, massa’allahu Qadiru abadan-abada.

Lakune 3 dina 3 bengi patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca sapisan, setan tugel bahune tengen, ping pindho: tugel bahune kiwa, ping telu: tugel gulune, ping papat: sirna badane.

26. Mantra Kulhu Sungsang

Rajah iman kudungku Moloekat Jibril, tekenku Nabi Mohammad, lailaahailallaahu Mohamad rasullullahi salallahu alaihi wassalam.

Lakune 3 dina 3 bengi patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra yen diwaca diwedeni setan lelembut, teluh braja, tenung tujulayar lan liya-liyane kabeh ora tumama.

27. Mantra Kulhu Durgabalik

Sato mara sato mati, jalma mara jalma mati, setan mara setan mati, buna mara buna mati, sedya ala mati kersaning Allah, lailahailallah Mohamad rasulullah.

Lakune 3 dina 3 bengi patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra yen diwaca kasiyate sakabehing panggawe ala ora tumama sarta banjur balik marang wong kang gawe piala, sarta jim setan padha wedi lumayu adoh.

28. Mantra Sahadat Kencana

Sahadat kencana sun gawa mati nyegeri, sun gawa urip, nguripi, urip kersaning Allah.

Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen arep mangkat perang sarta yen methukake mungsuh, lan yen wus campuh perang.

29. Mantra Sahadat Ayem

Sahadat ayem wus dumunung neng kalbuningsun, pan ingsun duwe lopak-lopak salaka, isine menur malati sajodo, ora kanta ora kanti, ora uwas ora sumelang, murub muncar cahyaku, gumilang cahyaning Allah, murubing cahya terang kersaning Allah.

Lakune ngebleng 3 dina 3 bengi, wiwite dina Kemis Wage. Mantra diwaca yen arep mangkat perang, sarta yen methukake mungsuh, lan yen wus campuh perang.

30. Mantra  Sahadat Panatagama

Sahadat panatagama, minta salamun, Allah kang basuki, Allah kang suci, Allah bok rara Supiyah, lakinira menyang ngendi, kesah perang, sangune niyat keris bener, tumbak bener, adege sajatining urip, tungganganku jaran napas, lungguhe ana ngesir, sanggawedine pamancade iman, kendaline santosaning iman, cumethine kedeping iman, lapake kang nyangga raga, suksma wesi purasani, dalanmu metu ngendi, metu tepsiring Allah, alarah cahyaning Allah, sing nunggang titiyang agung kitab Qul’an payung kula, tawapmur Nabi WaliAllah bumine nabi panutup.

Lakune ngebleng 3 dina 3 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca yen arep mangkat perang, sarta yen methukake mungsuh lan yen wus campuh perang.

31. Mantra Makdumsarpin

Sang kun dat suksma, suksmadiluwih kang ana jatining wawayangan, ni endhang suksmadiningsih kang ngideri jroning wawayangan, sira aja ngaling-ngalingi aku, aku arep katemu kadangku kang sajati, kang langgeng tan owah gingsir, sira metua dak kongkon……………………(disebutake kaperluane)

Lakune ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca jam 12 bengi.

32. Mantra Durgateluh

Allahumma durgateluh bolak-balik kasumpet, mara ngetan pepet, ngidul sumpet, ngulon rapet, ngalor dempet, kersaning Allah ana tengah dhaleg-dheleg ngedheprek bingung kamitenggengen.

Lakune Ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Jumat Kliwon. Mantra diwaca yen adhep-adhepan karo mungsuh arep perang.

33. Mantra Panulak  Ampuhing Wesi Aji

Ingsun kawulaning Allah, kang matek saka suryakumara, bukiyadi angambah jagad walikan, langgeng tan kenaning owah, huyahu, huyahu, huyahu, salalahu alaihi wassalam, dating suci ing sahudaya, ratuning sadatulah, ingsun lanang sejati, kang tan pasah sakehing tumumpang, ampang ngalumpruk kadi tibaning kapuk, yahu jabardas, bar tan tedhas ing keris Soleman lan sakehing gagaman kabeh.

Lakune ora mangan uyah 40 dina, banjur mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca ana ing paperangan lan yen ana babaya pakewuh.

34. MantraPanawaran

Niyatingsundhahar, rowaningsun tapa kang dhahar. Niyatingsun sare, rowaningsung tapa kang sare, krana ingsun iki wus kawengku ing alam nasut, Moloekat jabarut yaiku kang dhahar, kang sare jagade sahir kabir, cahya mangan rasa, rasa mangan cahya, cahya mulya, rasa sampurna.

Lakune mutih 3 dina 3 bengi, sarta nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen arep mamangan, supaya menawa diracun ing wong, bisa tawar ora tumama.

35. Mantra  Ngisi  Watu Akik

Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa aalihi washahbihii wasallim, badanku roso sejati. Sejatine roso manjing ono ing tengah-tengahe Ka’batullah.

Mantra diwaca ping 440. Saben sa’wacanan langsung didamu’ake ing watu sing arep diisi.

36. Mantra   Arep   Weruh  Sadurunge Winarah

Sir rahsa cahyaning rahsa, mut maya tejaning maya.

Lakune saben duwe niat arep meruhi sabarang kang durung kelakon, banjur mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca kaping 500 saben  arep     mapan turu.

Mantra
Hampir setiap Ilmu Spiritual dan ilmu kedigdayaan pasti memiliki Mantra. Bahkan semua doa pasti memuat mantra. Karena Mantra adalah suatu bentuk permohonan. Sebagai sarana permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk bermacam-macam.
Mantra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu MAN yang artinya PIKIRAN, dan TRA yang berarti PEMBEBASAN. Jadi Mantra adalah kegiatan membebaskan pikiran. Ketika seseorang sedang membaca mantra maka disaat itu juga selain sedang menjalin komunikasi dan permohonan kepada Yang Kuasa, mantra dengan kata yang ber-rima memungkinkan orang yang membaca mantra semakin rileks dan masuk pada keadaan hening.
Jadi Mantra adalah susunan kata yang berunsur puisi (rima dan irama) yang diyakini dapat menghasilkan energi ghaib jika diucapkan oleh orang yang menguasai ilmu mantra. Biasanya diucapkan oleh dukun, pawang, spiritualis, atau orang yang telah mengetahui tatacara dan syarat untuk menggunakan mantra tersebut.

          Asal mula mantra umumnya diperoleh dari ilham (wahyu) atau bisa pula diciptakan oleh seorang dukun (guru spiritual) yang mumpuni. Terlahir dari rasa ingin tahu tentang misteri hidup dan pencarian tentang hakekat kesejatian. Berawal dari keyakinan adanya Yang Maha Kuasa maka lahirlah rapal Mantra sebagai suatu bentuk sarana.

Ada bermacam-macam bentuk mantra, yaitu mantra suara, mantra gambar (rajah, wafaq dll), Mantra yang dimasukan dalam benda (keris dll), ada mantra yang dirupakan dengan gerak dan ada pula mantra dalam bentuk upacara tertentu.

           Istilah Mantra lebih dikenal dalam tradisi Hindu dan Budha disebut Mantra Galib, di Arab disebut Doa atau Ru’yah. Di Jawa disebut Donga, Rapal atau Aji-aji. Sebenarnya semua  sebutan tersebut  memiliki kesamaan makna.

Sebagian penggunaan mantra juga sangat sakral dan mistis. Mantra tidak boleh diucapkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat. Misalnya pada Mantra Pengusir Makhluk Halus, para guru melarang untuk membacanya didekat anak kecil dan ibu yang sedang hamil. Karena bisa mempengaruhi kesehatan janin yang sedang dikandungnya.

Mantra bukan hanya sekedar ilmu Sugesti. Atraksi-atraksi supranatural yang sering kita lihat seperti debus, ilmu kekebalan, atau ilmu gendam dan pelet, diakui atau tidak, sungguh-sungguh efek yang dihasilkan dari kekuatan ghaib dari pembacaan mantra. Sugesti hanya bisa mempengaruhi pikiran dan kondisi perasaan, tapi tidak bisa mengubah metabolisme tubuh. Contoh, sugestikan diri anda bahwa api tidak panas dan tidak menghanguskan, kemudian jilatlah dengan lidah sebuah lempengan besi membara dari seorang pande besi. Apa yang terjadi?!

            Mantra hanya akan bekerja di tangan orang yang telah menjalani penempaan batin melalui berpuasa, semedhi atau tirakat lainnya. Tanpa dasar itu, alaunan mantra hanya seirama dengan sebuah bacaan sastra. Seolah tidak mengandung apa-apa.

            Dari generasi ke generasi mantra diwariskan. Tetap sama baik format maupun bahasanya. Mencari orang yang berniat membaca dan menerapkannya. Menunggu dengan penuh kesabaran dibalik pintu dan jendela. Beredar tanpa kasak kusuk.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual).[1] Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: मन्त्र; IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran.
Mantra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu MAN yang berarti PIKIRAN dan TRA yang berarti PEMBEBASAN. Secara harfiah Mantra berarti kegiatan membebaskan pikiran. Mantra dari sisi istilah berarti bunyi, kata, frasa atau kalimat yang digumamkan, dibisikkan, diucapkan, dinyanyikan dengan cara diulang-ulang, diyakini mempunyai kekuatan, sebagai sarana komunikasi dengan sang Maha, dan bermanfaat untuk beragam tujuan perapalnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan pikiran' yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara.
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Mantra di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, kato, katubah,atau capak baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme), Melayu, bahasa Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha).
3.2 Saran
Adapun saran kami adalah makalah yang kami buat yaitu masih banyak kekurangan baik dari referensi. Dan kami sarankan bagi pembaca untuk bisa memberikan masukan-masukan dan kritik yang sifatnya membangun.

DAFTAR   PUSTAKA
http://www.kumpulanistilah.com/2011/08/pengertian-mantra.html#ixzz2Alf8ETIJ
primbon-jawa.blogspot.com. rasasejati.wordpress.comannunaki.m
Feuerstein, G. The Deeper Dimension of Yoga. Shambala Publications, Boston, MA. 2003.
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php kamus bahasa indonesia
Khanna, Madhu (2003). Yantra: The Tantric Symbol of Cosmic Unity. Inner Traditions. ISBN 0-89281-132-3 & ISBN 978-0-89281-132-8. p.21
Djamaris E. Pengantar sastra rakyat Minangkabau. Ed-1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 200
http://www.keajaibanhati.com





percakapan bahasa jawa


Percakapan 1
Paijo : assalamualaikum mang, arep mengendi?
(assalamu’alaikum Om,mau kemana?)
Mang Manto :wa’alaikumsalam. Arep meng pasar jo, koe agi ngapa?
(wa’alaikumsalam. Mau ke pasar Jo, kamu lagi apa?)
Paijo : gi benerna motor gie mang
(lagi memperbaiki motor nih Om)
Mang Manto : apane sing rusak Jo motore?
(apanya yang rusak Jo motornya?)
Paijo : motorku rusak karbune mang, meng pasar arep belanja apa?
(motorku yang rusak karbunya Om. Ke pasar mau beli apa Om?)
Mang Manto : ia jo, arep tuku obat go nyemprot nang sawah…..
(iya Jo, mau beli racun buat menyeprot disawah)
Paijo : obat apa sing dinggo mang,?
(obat apa yang dipakai Om)
Mang Manto : obat hama pari,,,,
(racun hama padi…)
Paijo : ohhhhh
Mang Manto : aku mangkat disit ya Jo…
(saya berangkat dulu ya Jo)
Paijo : ya mang ati ati……!
(iya Om,hati-hati)



Percakapan2
Ina: Assalamu’alaikum Mba’….. suwe mboten ketemu pripun kabare?
 (assalamu’alaikum mba’….. lama nggak ketemu gimana kabarnya nih mba’?)
Mba’ Itha: Wa’alaikumsalam dek Ina. Nggih Alhamdulillah kabare mba’ apik-apik wae. Lah kabare                                                                                                awakmu piye dek?
(wa’alaikumsalam dek Ina. Yaa Alhamdulillah kabar mba’ baik-baik saja, kalau kabar kamu sendiri gimana dek?)
Ina: nggih sae-sae mawon mba’… kabare bu Dhe karo pak Dhe pripun mba’ ndek rumah?
(ya baik-baik saja mba’… kabarnya bu Dhe sama pak Dhe dimana dirumah mba’?
Mba’ itha: yo Alhamdulillah sehat kabeh dek…. Saiki kuliyah ndek endi dek?
(ya Alhamdulillah sehat semua dek… sekarang kuliyah dimana dek?)
Ina: kulo kuliyah ndek STAIN Kendari mba’,njuko’ jurusan Syari’ah.
(saya kuliyah di STAIN Kendari mba’,ambil jurusan syarai’ah)
Mba’ Itha: ati-ati lho yo lek kuliyah….! Ojo neko-neko…cek tercapai cita-citane….! Ojo lali sholate karo ngajine nduk…!
(hati-hati ya kalau kuliyah…! Jangan macam-macam… biar tercapai cita-citanya…! Jangan lupa sholatnya dan juga ngajinya ya nak…!)
Ina: enggih mba’… maturnuwun….
(iya mba’… terimakasih…)


Percakapan 3
Parni:  Assalamu’alaikum……..
Mbah Yem: Wa’alaikumsalam nak…. Ono opo?
(wa’alaikumsalam nak,ada apa?)
Parni: oh mboten nopo-nopo mbah… kulo arepe nyuwun gulo abang dikengken kaleh ibu.
(oh tidak apa-apa mbah… saya kesini mau minta gula merah disuruh ibu)
Mbah Yem: owalah….tak  kiro ono opo nduk… yo wes, njuku’o ndek pawon gih!
(oh,,,,kirain ada apa nak… ya udah ambil sana didapur !)
Parni: nggih mbah…maturnuwun…!
(iya nek,,,,terimakasih!)

Percakapan 4
Sarmi: Assalamu’alaikum.
(assalamu’alaikum)
Mba’ Anna: Wa’alaikumsalam. Ono opo dek…?
(wa’alaikumsalam. Ada apa dik?)
Sarmi: iki lho mba’,aku ono PR Matematika. Mba’ kan eroh,aku mboten seneng pelajaran Matematika. Mangkane sampean ajar nggih…!!!!!
(ini lho mba’, aku punya PR Matematika. Mba’ kan tau sendiri kalau aku nggak suka pelajaran Matematika. Makanya ajari ya mba’!!!!)
Mba’ Anna: oh..yo wes, engko ba’da magrib reneo yoo… lek mba’ wes ngerja’no tugas.
(ya udah, nanti habis magrib kesini ya! Klo mba’ sudah mengerjakan tugas.)
Sarmi: enggih mba’…. Matur nuwun …
(iya mba’…terimakasih!)

Percakapan 5
Mita: sugeng enjang mba’…
(selamat pagi mba’….)
Mba’ Cinta: oh nggih dek…podo-podo…
(oh ya dek sama-sama)
Mita: wuuuiiiih, mba’ Cinta rajin temen sampean olahraga mba’…. Saben dino minggu senam terus.
(waaaah, mba’Cinta rajin sekali olahraga ne mba’… setiap hari minggu slalu olahraga)
Mba’ Cinta: oh…ndak po-po to dek…cek no sehat awa’e dewe lek rajin olahraga.
(oh,ya nggak papa toh mba’…biar sehat kalau kita rajin olahraga)
Mita: laaah lek ngono carane aku tak melu-melu sampean ae mba’ saben esuk olahraga.
(yaa kalau begitu aku mau ikut mba’ aja setiap pagi olahraga)
Mba’ Cinta: y owes…malah apik iku… saben esuk olahraga bareng yoo…
(ya udah,waah bagus itu,,,tiap pagi olahraga bareng yaa….)

Percakapan 6
Ulfie: mbah, sampean lagi masak nopo to?
(mbah, lagi masak apa sich?
Mbah Lauren: iki lhoo nduk mbah lagi masak sayur kanggo madange mbah lanangmu.
(ini lho nak,nenek lagi masak sayur buat makan kakek kamu)
Ulfie: kulo bantu nggih mbah…
(saya bantu ya nek…)
Mbah Lauren: oh..yo wes, iku sayure di iris-iris! Ati-ati lho,ladhinge iku landep tenan…!
(oh,ya udah,itu sayurnya di iris-iris! Hati-hati lho ya,pisaunya tajam sekali……!)
Ulfie: enggih mbah….
(iya nenek…)

Percakapan 7
Mas Ucup:  Lagi lapo neng kono dek?
(lagi apa disitu dek?)
Ridho: AKu lagi ngenteni koncoku mas…jarene arepe maen neker…tapi tak enteni ko’ suwe temen.
(aku lagi nunggu temen mas…katanya mau maen kelereng,tapi aku tunggu-tunggu dari tadi lama sekali)
Mas Ucup:  yowes, ngenteni ndek teras omah ngono lho..ojok ndek dalan! koyo’ arek ilang ae kon iku.
(ya sudah,nunggu temenmu diteras rumah sana! Jangan dijalan! Seperti anak hilang saja kamu ini)
Ridho: enggih mas…
(iya mas..)

Percakapan 8
Mba’ Nita: dek Ria, lagi sibuk ta dek?
( dik Ria lagi sibuk apa dek?)
Ria: mboten mba’…wonten nopo nggih mba’?
(tidak mba’…ada apa ya mba’?)
Mba’ Nita: tuko’no mie ndek warung ngarep yo dek!
(belikan mie diwarung depan ya dek!)
Ria: engih mba’…pinten miene?
(iya mba’…berapa mienya?
Mba’ Nita: siji ae dek…kanggo mangan engko awan.
 (satu saja dik,,,,buat makan nanti siang)

Percakapan 9
Dicky: mas, sampean mengke sore ajenge teng pundi?
(mas,nanti sore kamu mau kemana?)
Mas Heru: arepe mincing neng empang dek…
(mau mancing di empang dik)
Dicky:kulo nderek nggih mas….???
Mas Heru: yowes,lek arepe melu engko neng omahku jam 4 sore!!!
(ya sudah kalau mau ikut nanti kerumahku jam 4 sore!!!)
Dicky: enggih mas…mboten nopo-nopo kulo mbeto konco mas?
(ya mas,bolehkah saya membawa teman mas?)
Mas Heru: yo ora opo-opo…
(iya tidak apa-apa)

Percakapan 10
Alvan: mba’, iso rewangi aku ngerjakno PR?
(mba’,bisa bantu saya mengerjakan PR?)
Mba’ Dinda: PR opo dek?
(PR apa dek?)
Alvan: PR Bahasa Inggris mba’…
Mba’ Dinda: engko ae yo dek…mba’ lagi ngrjakne tugas …
(nanti lagi aja ya dik,mba’ lagi mengerjakan tugas nee…)

bahasa indonesia kelompok


Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Kata Baku dan Tidak Baku”. Selain itu tak lupa juga kita junjungkan Salawat serta Salam kepada Nabi Muhammad SAW,keluarga serta sahabatnya, yang telah membawa kita ke alam yang terang benderang seperti saat ini.
Dalam Makalah ini, kami membahas tentang pengertian,contoh kata baku dan tidak baku serta beberapa penjalasan yang terkait dengan materi pembahasan dalam makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penjelasan makalah dengan materi Kata Baku dan Tak Baku. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran maupun kritik dari teman-teman atau saudara kalian namun yang bersifat membangun, agar kami dapat menjadi yang lebih baik lagi. Semoga pembahasan dalam makalah ini bermanfaat untuk kita.


KATA BAKU DAN TIDAK BAKU
Oleh:
Kelompok : 5
NUR AMALIA
SIDIQ PURNAMA
MUH.TAKBIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KENDARI
2012

Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………….
Bab I Pendahuluan
Latar belakang …………………………………………….
Rumusan Masalah ………………………………………..
Tujuan ……………………………………………………….
Bab II Pembahasan
Isi ……………………………………………………………..
Bab III Penutup
Manfaat ……………………………………………………..
Daftar Pustaka …………………………………………….

Bab II

Pembahasan
Isi
Pengertian kata baku dan tidak baku
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.

Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman sistem penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan.

Dalam Pedoman UmumPembentukan istilah (PUPI)diterangkan sistem pembentukkan istilah serta pengindonesiaan kosa kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing. Bila kita memedomani sistem tersebut akan telihat keberaturan dan kemapanan bahasa Indonesia.

Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Contoh Kata Baku dan Tidak Baku
Huruf A
Aktivitas bukan Aktifitas
Andal (bukan) Handal
Andam (bukan) Handam
Antre (bukan) Antri
Anutan (bukan) Panutan
Apotek (bukan) Apotik
Asas (bukan) Azas
Atlet (bukan) Atlit
Huruf B
Balsam (bukan) Balsem
Belasungkawa (bukan) Bela sungkawa
Berangus (bukan) Brangus
Berengsek (bukan) Brengsek
Berkah (bukan) Barokah
Besok (bukan) Esok
Bumiputra (bukan) Bumi putra
Bus (bukan) Bis
Huruf C
Cabai (bukan) Cabe
Capai (bukan) Capek
Cendekiawan (bukan) Cendikiawan
Cenderamata (bukan) Cinderamata
Cengkih (bukan) Cengkeh

Huruf D
Daripada (bukan) Dari pada
Debit (bukan) Debet
Definisi (bukan) Difinisi
Desain (bukan) Disain
Detail (bukan) Detil
Diagnosis (bukan) Diaganosa
Doa (bukan) Do’a
Dolar (bukan) Dollar
Dukacita (bukan) Duka cita

Huruf E
Efektivitas (bukan) Efektifitas
Eksem (bukan) Eksim
Ekstrem (bukan) Ekstrim
Elektrode (bukan) Elektroda
Elips (bukan) Elip
Elite (bukan) Elit
Email (bukan) E-mail
Embus (bukan) Hembus
Empas (bukan) Hempas
Huruf F
Faksimile (bukan) Faksimili
Februari (bukan) Pebruari
Fondasi (bukan) Pondasi
Fotokopi (bukan) Photocopy
Huruf G
Geladi (bukan) Gladi
Genius (bukan) Jenius
Genting (bukan) Genteng
Glukosa (bukan) Glukose

Huruf H
Hadis (bukan) Hadits
Hafal (bukan) Hapal
Hakikat (bukan) Hakekat
Halalbihalal (bukan) Halal bihalal
Harfiah (bukan) Harafiah
Hierarki (bukan) Hirarki

Huruf I
Ijazah (bukan) Ijasah
Imajinasi (bukan) Imaginasi
Imbau (bukan) Himbau
Impit (bukan) Himpit
Indra (bukan) Indera
Ingin (bukan) Pengen
Insaf (bukan) Insyaf
Intelijen (bukan) Intelejen
Introspeksi (bukan) Interopeksi

Huruf J
Jadwal (bukan) Jadual
Jemawa (bukan) Jumawa
Jender (bukan) Gender
Jenderal (bukan) Jendral
Jumat (bukan) Jum’at

Huruf K

Kabar (bukan) Khabar
Kacamata (bukan) Kaca mata
Kaidah (bukan) Kaedah
Kanguru (bukan) Kangguru
Kanker (bukan) Kangker
Karena (bukan) Karna
Karier (bukan) Karir

Huruf L

Laba-Laba (bukan) Labah-Labah
Lahad (bukan) Lahat
Lembap (bukan) Lembab
Lever (bukan) Liver
Limfa (bukan) Limpa
Linear (bukan) Linier
Lokakarya (bukan) Loka karya
Lubang (bukan) Lobang

Huruf M

Maaf (bukan) Ma’af
Majelis (bukan) Majlis
Makhluk (bukan) Mahluk
Manajemen (bukan) Managemen
Mangkuk (bukan) Mangkok
Marah (bukan) Amarah
Masjid (bukan) Mesjid
Massal (bukan) Masal

Huruf N
Nakhoda (bukan) Nahkoda, Nakoda
Napas (bukan) Nafas
Nasihat (bukan) Nasehat
Netralisasi (bukan) Netralisir

Huruf O
Objek (bukan) Obyek
Ojek (bukan) Ojeg
Olahraga (bukan) Olah raga
Omzet (bukan) Omset
Orang tua (bukan) Orangtua
Otomatis (bukan) Automatis

Huruf P

Paham (bukan) Faham
Pancaindra (bukan) Pancaindera, Panca Indera
Pancaroba (bukan) Panca roba
Paspor (bukan) Pasport
Peduli (bukan) Perduli
Pembaruan (bukan) Pembaharuan
Pergedel (bukan) Perkedel
Perilaku (bukan) Prilaku

Huruf R

Rapi (bukan) Rapih
Realitas (bukan) Realita
Restoran (bukan) Restauran
Rezeki (bukan) Rizki, Rejeki
Rezim (bukan) Rejim
Risiko (bukan) Resiko
Ritme (bukan) Ritma
Roboh (bukan) Rubuh
Huruf S

Sah (bukan) Syah
Sahaja (bukan) Sehaja
Saksama (bukan) Seksama
Samudra (bukan) Samudera
Saputangan (bukan) Sapu tangan
Saraf (bukan) Syaraf, Sarap

Huruf T

Takhayul (bukan) Tahayul
Takhta (bukan) Tahta
Takwa (bukan) Taqwa
Tampak (bukan) Nampak
Tanda tangan (bukan) Tandatangan


Huruf U
Ubah (bukan) Rubah
Ubah (bukan) Rubah
Unta (bukan) Onta
Urine (bukan) Urin

Huruf w
Wiraswasta (bukan) Wirausaha

Huruf Y
Yudikatif (bukan) Judikatif
Yudisial (bukan) Judisial

Huruf Z
Zaman (bukan) Jaman
Zikir (bukan) Dzikir
Zuhur (bukan) Dzuhur, Lohor

Ciri-Ciri Bahasa Baku

Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang di keluarkan dari intansi resmi, perundang-undangan, penanaman dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
Wacana teknis, seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
Pembicaraan di depan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainya.
Pembicaraan dengan orang-orang yang dihormati, dan sebagainya.

Penggunaan Kaidah Tata Bahasa Normatif

1) Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara eksplisit dan konsisten, misalnya :

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
Gubernur meninjau - Gubernur tinjau daerah
daerah kebakaran.   Kebakaran.
Pintu pelintasan kereta -  Pintu pelintasan kereta itu
itu bekerja secara    kerja secara otomatis.
otomatis. -  Anaknya sekolah di Bandung.
Anaknya bersekolah di
Bandung.

2) Penggunaan kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara eksplisit dan konsisten, misalnya :

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
Ia tidak tahu bahwa -  Ia tidak tahu anaknya
anaknya sering bolos.     Sering bolos.
Ibu guru marah kepada -  Ibu guru marah kepada
Sudin karena ia sering   Sudin, ia sering bolos.
bolos.

3) Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal bahasa daerah, misalnya :

Bahasa Baku Bahasa tidak Baku
Dia mengontrak rumah -  Dia ngotrak rumah di
Di Kebayoran.   Kebayoran Lama.
Mobil Paman saya baru. -  paman saya mobilnya
  Baru.
Penggunaan Kalimat Secara Efektif
Maksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang dimaksud oleh si pembicara atau penulis.
Keefektifan kalimat ini dapat dicapai, antara lain dengan :




a) Susunan kalimat menurut aturan tata bahasa yang benar.
Misalnya :

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
Pulau Buton banya meng- -  Di Pulau Buton banyak
hasilkan aspal.    menghasilkan aspal.
Tindakan-tindakan kekeras- -  Tindakan-tindakan keke-
an itu menyebabkan pendu-    rasan itu menyebabkan
duk dan keluarganya mera-    penduduk merasa tidak
sa tidak aman.    aman dan keluarganya.

b) adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis di dalam kalimat. Misalnya :

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
dia datang ketika kami -  Ketika kami sedang makan
sedang makan.   Dan dia datang.
Loket belum dibuka wa- -  Loket belum dibuka wa-
laupun hari sudah siang.   Laupun hari tidak hujan.

c) penggunaan kata secara tepet dan efisien. Misalnya :

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
Korban kecelakaan lalu -  Korban kecelakaan lalu
Lintas bulan ini bertam-     lintas bulan ini naik.
bah.
Panen yang gagal me- -  Panen yang gagal me-
maksa kta mengimpor   mungkinkan kita meng-
beras.   impor beras.
Nama gadis yang ber- -  Nama gadis yang menge-
baju merah itu Siti   nakan baju berwarna me-
Aminah.            Rah itu Siti Aminah.
Bayarlah dengan uang -  Kepada para penumpang
pas!            diharap supaya membayar
           dengan uang pas.
Bab I

Pendahuluan

Latar Belakang

Adanya latar belakang di buatnya makalah ini karena, kami para mahasiswa ingin mengetahui lebih jauh tentangg pembentukan atau aturan dalam Kata Baku dan Tidak Baku.

Rumusan Masalah

Apa pengertian dari Kata Baku dan Tidak Baku ?
Bagaimana Contoh-Contoh Kata Baku dan Tidak Baku ?
Apa Ciri-Ciri Bahasa Baku ?
Bagaimana cara penggunaan kata secara tepat dan efisien ?

Tujuan 

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah, agar kita dapat mengerti serta mengetahui fungsi,contoh dan tata cara penggunaan Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang telah di tetapkan.

Penutup 

Manfaat
Setelah kita mempelajari dan memahami isi dari makalah ini, maka kita dapat mengambil banyak manfaat misalnya, kita dapat mengetahui kata-kata yang benar sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia serta dapat mengenali kelompok Kata Baku dan Tidak Baku. Dalam makalah ini juga membahas tentang aturan dalam penggunaan kata di sebuah kalimat, hal itu tentu saja banyak memberikan kita pelajaran dan semakin menambah pembendaharaan kata.









jurnal bahasa indonesia


Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan berkat dan hidayah – Nya penulis telah dapat menyelesaikan review jurnal yang berjudul PENERAPAN SISTEM EKONOMI ISLAM SEBAGAI PILAR KETAHANAN EKONOMI BANGSA yang sederhana ini  yang, dan selawat serangkai salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia kejalan kebenaran, sehingga menjadi manusia beriman dan berkeperibadian. Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami kekurangan, baik keterbatasan literatur, sarana dan prasarana
yang dibutuhkan maupun karena keterbatasan pengetahuan saya.
            Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata saya memanjatkan doa semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat kepada kita semua. Amin Ya Rabbal A’lamin.
 DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................          i
Daftar Isi .............................................................................................           ii
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................          
1.2 Rumusan Masalah..............................................................          
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................
1.4 Penelitian Terdahulu .........................................................          
1.5 Pemanfaatan Penelitian .....................................................          
II. Pembahasan
2.1 Dasar Hukum Penegakan Ekonomi Islam .......................           
2.2 Penegakan Ekonomi Islam ..............................................
2.3 Pandangan Islam Tentang Ekonomi ................................
2.4 Pilar Sistem Ekonomi Islam ............................................
III. Penutup
            3.1 Kesimpulan..........................................................................        
            3.2 Saran....................................................................................        
Daftar Pustaka ......................................................................................        

 BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Masyarakat Indonesia memiliki heterogenitas tinggi dari berbagai aspeknya, mulai dari suku bangsa, budaya hingga pada agama yang dianut. Hetorogenitas seperti ini memiliki potensi konflik yang cukup tinggi pula jika tidak diikat oleh suatu ikatan luhur sebagai pemersatu sehingga menjadi pilar yang kuat sebagai dasar pembangunannya. Kita perlu bersyukur kepada pendiri negeri ini yang telah melahirkan suatu ikatan pemersatu yang disebut Pancasila yang akhirnya disepakati sebagai Idiologi dan dasar Negara tercinta ini. Pancasila yang terkandung di dalam UUD 1945 memuat suatu komitmen dan janji luhur untuk mempersatukan masyarakat dan bangsa yang dikenal sebutan “Bhineka Tunggal Ika”.
Pancasila sebagai pilar ketahanan bangsa mengandung nilai-nilai luhur dalam setiap silanya. Setiap Sila yang dikandung Pancasila merupakan petunjuk dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama misalnya yang berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung makna bahwa semua sistem kehidupan
Harus ditegakkan di atas landasan dan dibangun di atas nilai-nilai Ketuhanan atau moral agama. Salah satu agama besar yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia adalah agama Islam. Karena itu, seharusnya nilai-nilai Islam seharusnya dapat mewarnai seluruh sistem kehidupan, termasuk dalam kehidupan berekonomi.
Pertimbangan inilah yang mendorong kami untuk menulis makalah ini bahwa penerapan konsep atau sistem ekonomi yang ditegakkan di atas nilai-nilai yang Islami dapat menjadi pilar yang kokoh erhadap ketahanan ekonomi bangsa ini.
      Ekonomi Islam sebagai salah satu sub sistem dalam kehidupan Islam, sudah barang tentu harus dibangun di atas landasan nilai-nilai syari’at Islam. Untuk itulah makalh yang berjudul “Penerapan Sistem Ekonomi Islam sebagai Pilar Ketahanan Ekonomi  Bangsa” disusun dengan maksud memberikan kontribusi pemikiran dan menganalisis bahwa ekonomi Islam yang tengah diperjuangkan saat ini bisa menjadi pilar ketahanan ekonomi NKRI.


1.2  Rumusan Masalah
a.    Apa Dasar Hukum Penegakan Ekonomi?
b.    Bagaimana pemikiran para ahli menuju penegakan ekonomi Islam?
c.    Bagaimana pandangan Islam tentang ekonomi?
d.    Bagaimana pilar sistem kehidupan ekonomi Islam?

1.3  Tujuan Penelitian
a.    Untuk mengetahui Dasar Hukum Penegakan Ekonomi
b.    Untuk mengetahui pemikiran para ahli menuju penegakan ekonomi Islam
c.    Untuk mengetahui pandangan Islam tentang ekonomi
d.    Untuk mengetahui pilar sistem kehidupan ekonomi Islam

1.4  Pemanfaatan Penelitian.
Sebagai kontribusi pemikiran dan menganalisis bahwa ekonomi Islam bisa menjadi pilar ketahanan ekonomi NKRI.


1.5 Penelitian Terdahulu
Kristol (1988) dalam bukunya  The Crisis of Economic Theory mengakui bahwa krisis teori ekonomi diakibatkan oleh krisis yang terjadi pada analisisnya, dan krisis itu sebenarnya terletak dalam bidang agama, yang tidak bisa maju menjadi penyebab krisis, karena manusia tidak bersedia meninggalkan nilai-nilai agamawi yang ortodox itulah yang menjadi penyebab krisis, karena manusia tidak bersedia meninggalkan nilai-nilai agamawi yang sudah tidak ada harganya lagi didunia modern. Tulisan ini ingin menegasi pendapat Kristol dan menunjukkan bahwa agama terutama Islam mempunyai prinsip-prinsip moral dan etika yang telah digariskan secara tegas dalam hokum Islam dapat diterapkan dan dijadikan solusi terbaik atas persoalan krisis ekonomi yang melanda diberbagai belahan dunia terutama bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

1.6  Metedologi
Metedologi penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif, yaitu menggambarkan sekaligus mengkaji kondisi nyata objek penelitian berdasarkan data-data autentik yang dikumpulkan.
 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Penegakan Ekonomi Islam
            Agama adalah suatu sistem aturan universal yang melingkupi semua aspek kehidupan manusia yang beragama, baik yang menyangkut kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Islam sebagai suatu agama merupakan suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia sesama manusia, hubungan manusia dengan alam lainnya dengan tujuan melindungi jiwa, pikiran, harta, keturunan, dan kehormatan (Al-Bakri, 1989:72). Ini berarti bahwa agama Islam merupakan agama yang sempurna yang diturunkan kepada seluruh umat manusia, seperti firman-Nya dalam Surat Al-Maaidah ayat 3.
 لْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Artinya:
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah:3)

2.2 Penegakan Ekonomi Islam
            Islam adalah suatu ajaran atau agama yang paripurna. Paripurna dalam arti Islam mengatur bukan hanya tata cara beribadah untuk kehidupan akhirat melainkan juga mengatur tata cara kehidupan dunia, diantaranya kehidupan bermuamalah seperti kehidupan ekonomi. Bagaimana menjalankan aktivitas ekonomi yang baik, semua telah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah. Menurut Alisjahbana (1992:126) bahwa Islam itu selalu memikirkan ekonomi, memikirkan usaha manusia terus-menerus mencari rezeki sehingga hidupnya layak di dunia ini, sehingga ia dapat memakai segala rakhmat dan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya dan ia mencapai kemajuan dalam hidupnya di dunia ini. Secara ideologi, umat Islam dalam segala aktivitasnya termasuk ekonomi harus bersandar pada nilai-nilai syariat Islam yang telah diyakininya. Karena idiologi inilah yang menggerakkan dan mempengaruhi semua tindakan dalam sistem perekonomian, baik secara umum maupun secara parsial. Pengaruh ideologi ini tampak pada berbagai tujuan dan cara-cara dari  suatu sistem: apa tujuan-tujuan, prioritas-prioritasnya, intrusi-intrusi dan alat-alat dari sistem dan pola penggunaannya, sikap-sikap dalam menghadapi masalah yang timbul dalam usaha mencapai tujuan itu (Gunadi, 1985:297).

2.3 Islam dan Ekonomi
            Ekonomi Islam merupakan bagian dari sistem ajaran Islam secara keseluruhan yang termasuk dalam bidang Syari’at Mu’amalah bersama urusan-urusan keduniaan lainnya, seperti urusan politik, social, pendidikan, kekeluargaan, dan lain sebagainya dan pelaksanaannya merupakan merupakan bagian dari ibadah yang kesemuanya berpangkal tolak dari Aqidah dan Akhlak yang mulia.
            Islam mengakui bahwa ekonomi merupakan factor yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian Islam mengajarkan bahwa membangun ekonomi bukan merupakan tujuan akhir dan bukan pula sesuatu yang terpisahkan dari hal yang lain. Islam memandang pembangunan ekonomi (baik tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat/bangsa) sebagai bagian pembangunan ekonomi merupakan bagian integral dari pembangunan individu, masyarakat, dan umat manusia yang Islami (Mulkhan 1996:194)

2.4 Pilar Sistem Ekonomi Islam
            Memahami ajaran Islam yang komprehensif, realistis dan actual, Qutb (1987:36) mengatakan bahwa “Islam telah menegakkan sistem ekonomi dan seluruh sistem kehidupannya di atas suatu pandangan tertentu, sesuai dengan kebenaran yang nyata dalam kehidupan ini”. Kebenaran nyata yang dimaksud oleh Qutb sehubungan dengan dasar-dasar tegaknya system ekonomi Islam, dapat disarikan sebagai berikut:
1.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar bahwa Allah adalah Khalik Pencipta alam semesta, bumi dan manusia.
2.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar tolong menolong (taa’wun) dan kerja sama (takafa) antara sesame umat yang beriman.
3.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan.
4.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar keuntungan bersama (tidak boleh menimbulkan kerugian bagi orang lain).
5.    Ekonomi Islam harus ditegakkan di atas niat dan usaha yang suci.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
            Berdasarkan apa yang telah kami uraikan baik dalam aspek hokum Ilahiah yaitu firman Allah maupun dari hasil pemikiran manusia dalam  diskusi sepanjang tulisan ini, serta dari hasil studi berdasarkan berdasarkan fenomena nyata, maka kami menutup uraian makalah ini dengan beberapa kesimpulan berikut.
            Ekonomi Islam sebagai pilar ketahanan ekonomi bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, karena ekonomi ini ditegakkan diatas nilai-nilai Ketuhanan sebagai sila pertama. Islam sebagai suatu ajaran yang sempurna dan komprehensif yang diturunkan untuk semua umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat, termasuk kehidupan ekonomi yang merupakan salah satu sub sistem ajaran Islam dalam dimensi keduniaan (QS. Almaidah). Ditegakkan di atas doktrin nilai moral bahwa: 1) Allah sebagai pencipta dan pemilik alam seisinya termasuk rezeki yang dicari; 2) tolong menolong; 3) kerja sama; 4) kesederhanaan tidak berlebihan; 5) keuntungan bersama; 6) niat yang suci untuk meningkatkan ibadah; 7) kejujuran; 8) kerja keras.


3.1 SARAN
            Adapun saran yang bisa saya berikan yaitu untuk terwujudnya penerapan ekonomi Islam sebagai pilar ketahanan ekonomi bangsa yaitu dengan cara menjalankan pilar-pilar sebagai berikut :
1.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar bahwa Allah adalah Khalik Pencipta alam semesta, bumi dan manusia.
2.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar tolong menolong (taa’wun) dan kerja sama (takafa) antara sesame umat yang beriman.
3.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan.
4.    Ekonomi Islam ditegakkan di atas pilar keuntungan bersama (tidak boleh menimbulkan kerugian bagi orang lain).
5.    Ekonomi Islam harus ditegakkan di atas niat dan usaha yang suci.



DAFTAR PUSTAKA


Al- Bakri, Solah Abdul Qodir, 1986. Islam Agama Segenap Umat Manusia, Cetakan Pertama, Litera AntarNusa, Jakarta.
Alisjahbana, Sutan Takdir, 1986. Antropologi Baru, Cetakan Ketiga, Penerbit PT.Dian Rakyat, Jakarta.
Gunadi, Tom, 1985, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD 1945. Cetakan Ketiga, Angkasa, Bandung.
Kristol, Irving dan Daniel Bell, Editor, 1988. Krisis Teori Ekonomi, Terjemahan oleh Umar Juoro, Cetakan Pertama, LP3ES, Jakarta.
Mulkhan, Abdul Munir, 1994. Paradigma Intelektual Muslim, Cetakan Kedua, SIPRESS, Yogyakarta.
Qutb, Sayid, 1994. Tafsir Ayat-Ayat Riba, Cetakan Pertama, Mutiara Ilmu, Surabaya